INTERVENSI KEPERAWATAN BATU GINJAL
Nyeri (akut) b/d peningkatan
frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan iskemia seluler pada penderita batu ginjal.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1.
Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri (skala 1-10)
dan penyebarannya. Perhatiakn tanda non verbal seperti: peningkatan TD dan
DN, gelisah, meringis, merintih, menggelepar.
2.
Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan
kepada staf perawatan setiap perubahan karakteristik nyeri yang terjadi.
3.
Lakukan tindakan yang mendukung kenyamanan (seperti
masase ringan/kompres hangat pada punggung, lingkungan yang tenang)
4.
Bantu/dorong pernapasan dalam, bimbingan imajinasi
dan aktivitas terapeutik.
5.
Batu/dorong peningkatan aktivitas (ambulasi aktif)
sesuai indikasi disertai asupan cairan sedikitnya 3-4 liter perhari dalam
batas toleransi jantung.
6.
Perhatikan peningkatan/menetapnya keluhan nyeri
abdomen.
7.
Kolaborasi pemberian obat sesuai program terapi:
-
Analgetik
-
Antispasmodik
-
Kortikosteroid
8.
Pertahankan patensi kateter urine bila diperlukan.
|
Membantu evaluasi tempat
obstruksi dan kemajuan gerakan batu. Nyeri panggul sering menyebar ke
punggung, lipat paha, genitalia sehubungan dengan proksimitas pleksus saraf
dan pembuluh darah yang menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat
menimbulkan gelisah, takut/cemas.
Melaporkan nyeri secara dini
memberikan kesempatan pemberian analgesi pada waktu yang tepat dan membantu
meningkatkan kemampuan koping klien dalam menurunkan ansietas.
Meningkatkan relaksasi dan
menurunkan ketegangan otot.
Mengalihkan perhatian dan
membantu relaksasi otot.
Aktivitas fisik dan hidrasi
yang adekuat meningkatkan lewatnya batu, mencegah stasis urine dan mencegah
pembentukan batu selanjutnya.
Obstruksi lengkap ureter dapat
menyebabkan perforasi dan ekstravasasiurine ke dalam area perrenal, hal ini
merupakan kedaruratan bedah akut.
Analgetik (gol. narkotik)
biasanya diberikan selama episode akut untuk menurunkan kolik ureter dan
meningkatkan relaksasi otot/mental.
Menurunkan refleks spasme,
dapat menurunkan kolik dan nyeri.
Mungkin digunakan untuk
menurunkan edema jaringan untuk membantu gerakan batu.
Mencegah stasis/retensi urine,
menurunkan risiko peningkatan tekanan ginjal dan infeksi.
|
Perubahan eliminasi urine b/d
stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik
dan peradangan.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1.
Awasi asupan dan haluaran, karakteristik urine, catat
adanya keluaran batu.
2.
Tentukan pola berkemih normal klien dan perhatikan
variasi yang terjadi.
3.
Dorong peningkatan asupan cairan.
4.
Observasi perubahan status mental, perilaku atau
tingkat kesadaran.
5.
Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (elektrolit, BUN, kreatinin)
6.
Berikan obat sesuai indikasi:
-
Asetazolamid (Diamox), Alupurinol (Ziloprim)
-
Hidroklorotiazid (Esidrix, Hidroiuril), Klortalidon
(Higroton)
-
Amonium klorida, kalium atau natrium fosfat
(Sal-Hepatika)
-
Agen antigout mis: Alupurinol (Ziloprim)
-
Antibiotika
-
Natrium bikarbonat
-
Asam askorbat
7.
Pertahankan patensi kateter tak menetap (uereteral,
uretral atau nefrostomi).
8.
Irigasi dengan larutan asam atau alkali sesuai
indikasi.
9.
Siapkan klien dan bantu prosedur endoskopi.
|
Memberikan informasi tentang
fungsi ginjal dan adanya komplikasi. Penemuan batu memungkinkan identifikasi
tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi
Batu saluran kemih dapat
menyebabkan peningkatan eksitabilitas saraf sehingga menimbulkan sensasi
kebutuhan berkemih segera. Biasanya frekuensi dan urgensi meningkat bila batu
mendekati pertemuan uretrovesikal.
Peningkatan hidrasi dapat
membilas bakteri, darah, debris dan membantu lewatnya batu.
Akumulasi sisa uremik dan
ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP.
Peninggian BUN, kreatinin dan
elektrolit menjukkan disfungsi ginjal
Meningkatkan pH urine
(alkalinitas) untuk menurnkan pembentukan batu asam.
Mencegah stasis urine ddan
menurunkan pembentukan batu kalsium.
Menurunkan pembentukan batu
fosfat
Menurnkan produksi asam urat.
Mungkin diperlukan bila ada ISK
Mengganti kehilangan yang tidak
dapat teratasi selama pembuangan bikarbonat dan atau alkalinisasi urine,
dapat mencegah pemebntukan batu.
Mengasamkan urine untuk
mencegah berulangnay pembentukan batu alkalin.
Mungkin diperlukan untuk
membantu kelancaran aliran urine.
Mengubah pH urien dapat
membantu pelarutan batu dan mencegah pembentukan batu selanjutnya.
Berbagai prosedur endo-urologi
dapat dilakukan untuk mengeluarkan batu.
|
Kekurangan volume cairan
(resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvis ginjal atau
kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1.
Awasi asupan dan haluaran
2.
Catat insiden dan karakteristik muntah, diare.
3.
Tingkatkan asupan cairan 3-4 liter/hari.
4.
Awasi tanda vital.
5.
Timbang berat badan setiap hari.
6.
Kolaborasi pemeriksaan HB/Ht dan elektrolit.
7.
Berikan cairan infus sesuai program terapi.
8.
Kolaborasi pemberian diet sesuai keadaan klien.
9.
Berikan obat sesuai program terapi (antiemetik misalnya Proklorperasin/
Campazin).
|
Mengevaluasi adanya stasis urine/kerusakan
ginjal.
Mual/muntah dan diare secara
umum berhubungan dengan kolik ginjal karena saraf ganglion seliaka
menghubungkan kedua ginjal dengan lambung.
Mempertahankan keseimbangan
cairan untuk homeostasis, juga dimaksudkan sebagai upaya membilas batu
keluar.
Indikator hiddrasi/volume
sirkulasi dan kebutuhan intervensi.
Peningkatan BB yang cepat
mungkin berhubungan dengan retensi.
Mengkaji hidrasi dan
efektiviatas intervensi.
Mempertahankan volume sirkulasi
(bila asupan per oral tidak cukup)
Makanan mudah cerna menurunkan
aktivitas saluran cerna, mengurangi iritasi dan membantu mempertahankan
cairan dan keseimbangan nutrisi.
Antiemetik mungkin diperlukan
untuk menurunkan mual/muntah.
|
Kurang pengetahuan tentang
kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang terpajan atau salah
interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
|
RASIONAL
|
1.
Tekankan pentingnya memperta-hankan asupan hidrasi
3-4 liter/hari.
2.
Kaji ulang program diet sesuai indikasi.
-
Diet rendah purin
-
Diet rendah kalsium
-
Diet rendah oksalat
-
Diet rendah kalsium/fosfat
3.
Diskusikan program obat-obatan, hindari obat yang
dijual bebas.
4.
Jelaskan tentang tanda/gejala yang memerlukan
evaluasi medik (nyeri berulang, hematuria, oliguria)
5.
Tunjukkan perawatan yang tepat terhadap luka insisi
dan kateter bila ada.
|
Pembilasan sistem ginjal
menurunkan kesemapatan stasis ginjal dan pembentukan batu.
Jenis diet yang diberikan
disesuaikan dengan tipe batu yang ditemukan.
Obat-obatan yang diberikan
bertujuan untuk mengoreksi asiditas atau alkalinitas urine tergantung
penyebab dasar pembentukan batu.
Pengenalan dini tanda/gejala
berulangnya pembentukan batu diperlukan untuk memperoleh intervensi yang
cepat sebelum timbul komplikasi serius.
Meningkatakan kemampuan rawat
diri dan kemandirian.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar